
Ilustrasi:  Ciptaan Allah tersebut begitu seimbang dilihat dari berbagai sisi,  yaitu dari warna, hakikatnya, dan ketinggiannya. Begitu pula pada  ciptaan Allah lainnya seperti matahari, rembulan dan bintang yang  bersinar. (foto: aerospacescholars.jsc.nasa)
الَّذِي  خَلَقَ سَبْعَ  سَمَوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ  تَفَاوُتٍ  فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ (3) ثُمَّ ارْجِعِ  الْبَصَرَ  كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ  حَسِيرٌ (4)  وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ  وَجَعَلْنَاهَا  رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ  السَّعِيرِ (5)
“Yang telah menciptakan  tujuh langit berlapis-lapis,  kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan  Rabb Yang Maha Pemurah  sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah  berulang-ulang, adakah kamu  lihat sesuatu yang tidak seimbang?” Kemudian  pandanglah sekali lagi  niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu  dengan tidak menemukan  sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam  keadaan payah.  Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat  dengan  bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat  pelempar  setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang  menyala-nyala.”  (QS. Al Mulk: 3-5)
Apakah Langit Ada yang Cacat?
Dalam ayat ini, Allah menciptakan langit berlapis-lapis   atau bertingkat-tingkat. Kemudian Allah tanyakan, apakah ada sesuatu   yang cacat atau retak di langit tersebut?  Jawabannya tentu saja tidak.   Kemudian Allah memerintah melihatnya berulang lagi (bahkan berulang   kali), apakah ada yang cacat di langit itu? Hasilnya, jika dilihat   berulang kali tidak ada cacat sama sekali pada ciptaan Allah tersebut.   Namun yang didapat adalah rasa payah karena berulangkalinya menelusuri   langit itu.
Syaikh As Sa’di mengatakan bahwa jika sama sekali di langit   tersebut tidak ada cacat, maka ini menunjukkan sempurnanya hasil   ciptaan Allah. Ciptaan Allah tersebut begitu seimbang dilihat dari   berbagai sisi, yaitu dari warna, hakikatnya, dan ketinggiannya. Begitu   pula pada ciptaan Allah lainnya seperti matahari, rembulan dan bintang   yang bersinar.[1]
Keindahan Langit Ciptaan Allah
Dalam ayat selanjutnya, Allah menjelaskan kebagusan langit   ciptaan-Nya. Langit tersebut menjadi indah dan menawan karena dihiasi   dengan bintang-bintang. Bintang dalam ayat di atas disebutkan berfungsi   untuk melempar setan dan sebagai penghias langit. Namun sebenaranya   fungsi bintang masih ada satu lagi. Bintang secara keseluruhan memiliki   tiga fungsi.
Fungsi Bintang di Langit
Fungsi pertama: Untuk melempar setan-setan yang akan mencuri berita langit. Hal ini sebagaimana terdapat dalam surat Al Mulk,
وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
“Dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al Mulk: 5)
Setan mencuri berita langit dari para malaikat langit. Lalu   ia akan meneruskannya pada tukang ramal. Akan tetapi, Allah senantiasa   menjaga langit dengan percikan api yang lepas dari bintang, maka   binasalah para pencuri berita langit tersebut. Apalagi ketika diutus   Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, langit terus dilindungi dengan percikan api.  Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنَّا  كُنَّا نَقْعُدُ  مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الآنَ  يَجِدْ لَهُ  شِهَابًا رَصَدًا, وَأَنَّا لا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ  فِي  الأرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا
“Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa   tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya).   Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti   itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk  membakarnya).  Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya  penjagaan itu)  apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di  bumi ataukah Tuhan  mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.” (QS. Al Jin: 9-10). Berita langit yang setan tersebut curi sangat sedikit sekali.[2]
Fungsi kedua: Sebagai penunjuk arah seperti rasi bintang yang menjadi penunjuk bagi nelayan di laut.
وَعَلامَاتٍ وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ
“Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.”   (QS. An Nahl: 16). Allah menjadikan bagi para musafir tanda-tanda yang   mereka dapat gunakan sebagai petunjuk di bumi dan sebagai tanda-tanda  di  langit.[3]
Fungsi ketiga: Sebagai penerang dan penghias langit dunia. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah,
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang.” (QS. Al Mulk: 5)
إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ
“Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang.” (QS. Ash Shofaat: 6)
Mengenai surat Al Mulk ayat 5, ulama pakar tafsir –Qotadah As Sadusiy- mengatakan,
إن  الله جلّ ثناؤه إنما خلق  هذه النجوم لثلاث خصال: خلقها زينة للسماء  الدنيا، ورجومًا للشياطين،  وعلامات يهتدي بها ؛ فمن يتأوّل منها غير ذلك،  فقد قال برأيه، وأخطأ حظه،  وأضاع نصيبه، وتكلَّف ما لا علم له به.
“Sesungguhnya Allah hanyalah menciptakan bintang untuk   tiga tujuan:  [1] sebagai hiasan langit dunia, [2] sebagai pelempar   setan, dan [3] sebagai penunjuk arah. Barangsiapa yang meyakini fungsi   bintang selain itu, maka ia berarti telah berkata-kata dengan pikirannya   semata,  ia telah mendapatkan nasib buruk, menyia-nyiakan agamanya   (berkonsekuensi dikafirkan) dan telah menyusah-nyusahkan berbicara yang   ia tidak memiliki ilmu sama sekali.”[4]  Dari sini Qotadah melarang mempelajari kedudukan bintang, begitu pula   Sufyan bin ‘Uyainah tidak memberi keringanan dalam masalah ini.[5]
Mempelajari Posisi Benda Langit
Ada dua ilmu yang mempelajari posisi benda langit yaitu ilmu astronomi (ilmu tas-yir) dan ilmu astrologi (ilmu ta’tsir).
Pertama: Ilmu astronomi (ilmu tas-yir)
Astronomi, yang secara etimologi berarti "ilmu bintang"   adalah ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang   terjadi di luar Bumi dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul,   evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit   (dan di luar Bumi), juga proses yang melibatkan mereka.
Astronomi adalah salah satu di antara sedikit ilmu   pengetahuan di mana amatir masih memainkan peran aktif, khususnya dalam   hal penemuan dan pengamatan fenomena sementara. Astronomi jangan   dikelirukan dengan astrologi, ilmusemu yang mengasumsikan bahwa takdir   manusia dapat dikaitkan dengan letak benda-benda astronomis di langit.   Meskipun memiliki asal-muasal yang sama, kedua bidang ini sangat   berbeda; astronom menggunakan metode ilmiah, sedangkan astrolog tidak.[6]
Kedua: Ilmu astrologi (ilmu ta’tsir)
Astrologi adalah ilmu yang menghubungkan antara gerakan   benda-benda tata surya (planet, bulan dan matahari) dengan nasib   manusia. Karena semua planet, matahari dan bulan beredar di sepanjang   lingkaran ekliptik, otomatis mereka semua juga beredar di antara zodiak.   Ramalan astrologi didasarkan pada kedudukan benda-benda tata surya di   dalam zodiak.
Seseorang akan menyandang tanda zodiaknya berdasarkan   kedudukan matahari di dalam zodiak pada tanggal kelahirannya. Misalnya,   orang yang lahir awal desember akan berzodiak Sagitarius, karena pada   tanggal tersebut Matahari berada di wilayah rasi bintang Sagitarius.   Kedudukan Matahari sendiri dibedakan antara waktu tropikal dan waktu   sideral yang menyebabkan terdapat dua macam zodiak, yaitu zodiak   tropikal dan zodiak sideral. Sebagian besar astrologer Barat menggunakan   zodiak tropikal.
Di bola langit terdapat garis khayal yang disebut dengan   lingkaran ekliptika. Jika diamati dari bumi, semua benda tatasurya   (planet, Bulan dan Matahari) beredar di langit mengelilingi lingkaran   ekliptika. Keistimewaan dari keduabelas zodiak dibanding rasi bintang   lainnya adalah semuanya berada di wilayah langit yang memotong lingkaran   ekliptika. Jadi dapat disimpulkan zodiak adalah semua rasi bintang  yang  berada disepanjang lingkaran ekliptika. Rasi-rasi bintang tersebut   adalah:
- Capricornus: Kambing laut
- Aquarius: Pembawa Air
- Pisces: Ikan
- Aries: Domba
- Taurus: Kerbau
- Gemini: Si Kembar
- Cancer: Kepiting
- Leo: Singa
- Virgo: Gadis Perawan
- Libra: Timbangan
- Scorpius: Kalajengking
- Sagitarius : Si Pemanah.[7]
Hukum Mempelajari Ilmu Astronomi dan Ilmu Astrologi
Para ulama dalam menilai ilmu yang mempelajari kedudukan bintang ada dua pendapat:
Pendapat pertama:  Terlarang mempelajari posisi benda  langit. Inilah pendapat Qotadah dan  Sufyan bin ‘Uyainah. Alasan mereka  melarang hal ini dalam rangka saddu adz dzari’ah yaitu menutup  jalan dari hal yang dilarang. Mereka khawatir jika  kedudukan bintang  tersebut dipelajari, akan diyakini bahwa posisi benda  langit tersebut  bisa berpengaruh pada takdir seseorang. Dan ini adalah  penambahan dari  tiga fungsi benda langit sebagaimana yang telah  dijelaskan di atas.
Pendapat kedua: Tidak mengapa mempelajari posisi benda langit. Yang dibolehkan di sini adalah ilmu tas-yir (ilmu astronomi). Inilah pendapat Imam Ahmad, Ishaq bin Rohuyah dan kebanyakan ulama.
Pendapat kedua inilah yang lebih tepat karena berbagai   manfaat yang bisa diperoleh dari ilmu astronomi dan tidak termasuk sebab   yang dilarang. Ilmu tas-yir (ilmu astronomi) memiliki  beberapa  manfaat. Di antaranya bisa dipakai untuk kepentingan agama  seperti  mengetahui arah kiblat dan waktu shalat. Atau untuk urusan  dunia seperti  mengetahui pergantian musim. Ini semua termasuk ilmu  hisab dan  dibolehkan.[8]
Sedangkan yang terlarang untuk dipelajari adalah ilmu yang pertama yang disebut dengan ilmu ta’tsir (ilmu astrologi). Dalam ilmu astrologi, ada keyakinan bahwa posisi benda-benda langit berpengaruh pada nasib seseorang.[9] Padahal tidak ada kaitan ilmiah antara posisi benda langit dan nasib seseorang. Inilah yang keliru.
Keyakinan Terhadap Zodiak dan Ramalan Bintang
Ada tiga macam keyakinan yang dimaksud dan ketiga-tiganya haram.
Pertama:  Keyakinan bahwa posisi benda langit yang  menciptakan segala kejadian  yang ada di alam semesta dan segala  kejadian berasal dari pergerakan  benda langit.
Keyakinan semacam ini adalah keyakinan yang dimiliki oleh Ash Shobi-ah.   Mereka mengingkari Allah sebagai pencipta. Segala kejadian yang ada   diciptakan oleh benda langit. Pergerakan benda langit yang ada dapat   diklaim menimbulkan kejadian baik dan buruk di alam semesta. Keyakinan   semacam ini adalah keyakinan yang kufur berdasarkan kesepakatan para   ulama.
Kedua: Keyakinan bahwa posisi benda langit yang ada hanyalah sebagai sebab (ta’tsir)   dan benda tersebut tidak menciptakan segala kejadian yang ada. Yang   menciptakan setiap kejadian hanyalah Allah, sedangkan posisi benda   langit tersebut hanyalah sebab semata. Keyakinan semacam ini juga tetap   keliru dan termasuk syirik ashgor. Karena Allah sendiri tidak   pernah menjadikan benda langit tersebut sebagai sebab. Allah pun tidak   pernah menganggapnya punya kaitan dengan kejadian yang ada di muka  bumi,  seperti turunnya hujan dan bertiupnya angin. Semua ini kembali  pada  pengaturan Allah dan atas izin-Nya, dan sama sekali tidak ada  kaitannya  dengan kedudukan benda langit yang ada. Allah hanya  menciptakan bintang  untuk tiga tujuan sebagaimana telah dikemukakan di  atas.
Ketiga:  Posisi benda langit sebagai petunjuk untuk  peristiwa masa akan datang.  Keyakinan semacam ini berarti mengaku-ngaku  ilmu ghoib. Ini termasuk  perdukunan dan sihir. Perbuatan semacam ini  termasuk kekufuran  berdasarkan kesepakatan para ulama.[10]
Intinya, ketiga keyakinan di atas adalah keyakinan yang   keliru, walaupun hanya menganggap sebagai sebab sedangkan yang   menciptakan segala peristiwa adalah Allah. Keyakinan semacam inilah yang   tersebar luas di tengah-tengah masyarakat muslim dalam majalah, koran,   di dunia maya seperti di situs jejaring sosial (Facebook dan   Friendster). Sebagian muslim masih saja mempercayai ramalan-ramalan   bintang semacam zodiak (Aquarius, Pisces, Sagitarius, dll). Mereka   meyakini bahwa pasangan yang cocok untuk dirinya adalah jika memiliki   zodiak A, karena berdasarkan ramalan zodiaknya. Jika dia memiliki   pasangan dari zodiak C, maka boleh jadi ada ketidakcocokan. Inilah   perbuatan dosa yang sudah semakin tersebar luas di masyarakat muslim.
Mengenai hukum membaca ramalan bintang secara lebih lengkap   -insya Allah- akan kami ulas pada posting selanjutnya dalam kategori  aqidah.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin. Janganlah pernah bosan untuk mempelajari Al Qur'an melalui tafsirnya walaupun hanya satu atau dua ayat.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
(rumaysho.com)
Panggang, Gunung Kidul, 3 Dzulhijah 1430 H
- Setiap hari harus disibukkan dengan mengkaji Al Qur’an -
[1] Taisir Al Karimir Rohman, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, hal. 875, Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, 1420 H.
[2] Lihat I’anatul Mustafid bi Syarh Kitabit Tauhid, Syaikh Sholih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan, 2/14-15, Terbitan Ulin Nuha, tahun 2003.
[3] Idem
[4] Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir Ath Thobariy dalam Jami’il Bayan fii Ta’wilil Qur’an, 23/508, Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, 1420 H. Syaikh Musthofa Al ‘Adawiy mengatakan bahwa sanadnya hasan. Lihat Tafsir Juz Tabaarok, Syaikh Musthofa Al ‘Adawiy, hal. 20, Maktabah Makkah, cetakan pertama, tahun 1423 H.
[5] Disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahab dalam Kitabut Tauhid.
[6] Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Astronomi
[7] Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Zodiak
[8] Lihat Mutiara Faidah Kitab Tauhid, Abu ‘Isa ‘Abdullah bin Salam, hal. 167-168, Pustaka Muslim, cetakan pertama, 1428 H dan I’anatul Mustafid bi Syarh Kitabit Tauhid, 2/18.
[9] Sumber Wikipedia [english], kata “Astrology”.
[10] Lihat I’anatul Mustafid bi Syarh Kitabit Tauhid, 2/17.
 Khusus buat para
pecinta Spanyol dan FC Barcelona.
Khusus buat para
pecinta Spanyol dan FC Barcelona.
 Klo mau gabung
jadi member Situs resmi FC Barcelona.
Klo mau gabung
jadi member Situs resmi FC Barcelona.







 




 

 


 

 
 Postingan
Postingan
 
 

0 komentar:
Posting Komentar